Komentar Artikel : "Pelajaran cinta adalah pelajaran tentang bagaimana kita masuk ke dalam diri kita sendiri untuk kemudian keluar dengan cara yang lain. Ini latihanuntu

Apa Arti Peribahasa Pepatah Tega Larane Ora Tega Patine Makna Peribahasa peribahasa jawa Jawabannya Adalah Artinya, tega larane tega sakitnya, ora tega patine tidak tega atas kematiannya. Peribahasa ini merupakan gambaran dari eratnya ikatan persaudaraan di Jawa. Meskipun antar saudara sering bertengkar, namun kalau terjadi kesulitan dan penderitaan, mereka tetap akan saling menolong. Peringatan bahwa sekecil apa pun permasalahan hidup di dunia memiliki potensi memutuskan hubungan antarsaudara kandung. Maka, sebaiknya setiap keluarga menjaga, jangan sampai anak-anak mereka mengalami kejadian seperti itu. Misalnya, dua orang kakak beradik mengalami cekcok berke panjangan karena berebut warisan. Gara-gara tidak ada yang mau mengalah, perkara warisan tersebut diajukan ke pengadilan. Lantaran shock atas peristiwa itu, sang kakak jatuh sakit cukup parah dan harus dirawat di rumah sakit sampai berbulan-bulan. Menyadari kondisi kakaknya seperti itu, akhirnya si adik mencabut gugatannya dan merelakan warisannya dijual untuk membantu pengobatan sang kakak. Kasus tersebut memberikan contoh bahwa dalam keadaan sehat, saudara kandung dapat bermusuhan. Namun, ketika salah satu di antara mereka mengalami penderitaan, yang lain akhirnya juga tidak dapat tinggal diam.

Dalam istilah Jawa sebagai salah satu falsafah yang dipegang "Tego Larane Ora Tego Patine" (Tega sakitnya tidak akan tega matinya). Jadi … ketika konsep persaudaraan itu sudah melekat dalam jiwa-jiwa, adalah sudah menjadi kewajiban untuk saling mengingatkan manakala saudaranya berbuat yang tidak baik dan benar.
TEGO LARANE ORA TEGO PATINE Kang Thohir Tego Larane Ora Tego Patine’ Tega sakitnya tidak tega matinya. Nasehat singkat ini dulu sering disampaikan orang tua tatkala saya dan saudara bertengkar karena sesuatu yang remeh, layaknya anak-anak pada umumnya. Selain tujuannya agar kita berhenti bertikai, orang tua ingin menanamkan rasa empati terhadap saudara sendiri. Terkadang seseorang bisa akrab, rukun, akur, dan damai dengan orang lain lebih dari saudaranya sendiri. Tidak jarang pula seseorang tidak tegur sapa atau bahkan bermusuhan dengan saudara sendiri, sementara dengan orang lain dia menganggapnya saudara angkat. Bagaimana pun juga, boleh jadi kita tega menyakiti saudara sendiri, namun tidak akan kuat jika sampai kehilangannya. Sebagaimana bunyi nasehat tersebut. Nasehat di atas adalah falsafah hidup orang Jawa. Bisa diterapkan dalam konsep hubungan persaudaraan atau yang lebih erat, semisal hubungan orang tua dengan anak atau suami dengan istri. Artinya, sekejam-kejamnya orang tua terhadap anaknya, pasti akan menitikkan air mata tatkala sang buah hati meninggal dunia. Sebejat-bejatnya suami pasti bersedih ditinggal istri untuk selama-lamanya. Dalam dunia persilatan’, unen-unen’ ungkapan; Jawa di atas juga diadaptasi oleh perguruan silat Setia Hati Teratai menjadi salah satu ajaran’ intinya. Mungkin karena terlalu mendarah daging dalam mengamalkannya, anggotanya sering didapatkan terlibat perkelahian atau tawuran dengan alasan setia kawan. Lantas, mungkinkah filosofi Tego Larane Ora Tego Patine’ diamalkan dalam konteks Uyghur? Tidakkah cukup alasan atas nama sesama muslim ukhuwwah Islamiyah untuk kita berempati pada muslim di daratan China itu? Masihkah dibutuhkan hujah kemanusiaan ukhuwah basyariyah untuk mengecam kezaliman pada Uyghur? Padahal terhadap pembunuhan hewan langka saja kita bisa bersikap lebih dari itu. 21 Desember 2019
"Sebab saya punya prinsip, tego patine ora tego larane, atau lebih baik kita mempertaruhkan nyawa daripada melihat saudara seperguruan menderita sebab disakiti orang lain," kata Iwan. Pandemi membawa kepedihan tersendiri, tapi kita bisa sharing bahagia lewat daging kurban dan praktik nilai profetik mesti kita tebar kapanpun. #userstory
Puisi keempat dari delapan rincian judul puisi tentang Keajaiban, khususnya tentang Keajaiban Mati. Semoga bermanfaat.
Tega Larane, Ora Tego Patine. (Tega melihat sakitnya, tidak tega melihat matinya.) 8. Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha. (Mendatangi tanpa kawan, menang tanpa mengalahkan, sakti tanpa kesaktian dan kaya tanpa kekayaan) 9. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman.
Tego larane ora tego patine Simbah biyen ngono kuwi welinge Roso kangen ora ono watese Jroning rogo yen isih ono nyawane Tego larane ora tego patine Roso kangen marine ketemu kowe Reff : Aku teko tekan kene mergo eling kowe Nuruti ati sing kangen iki Nganti sePiene ra biso lali
MasyarakatJawa tidak asing dengan ungkapan "Tega Larane Ora Tega Patine". Ungkapan ini menggambarkan bagaimana eratnya hubungan persaudaraan. Terlebih jika hubungan persaudaraan tersebut terikat oleh ikatan darah. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, secara harfiah ungkapan tersebut berarti tega sakitnya, tidak tega matinya. Artinya meskipun antar saudara sering kali bertengkar, cekcok F2cfTD.
  • xjk0d0rbyu.pages.dev/155
  • xjk0d0rbyu.pages.dev/376
  • xjk0d0rbyu.pages.dev/156
  • xjk0d0rbyu.pages.dev/213
  • xjk0d0rbyu.pages.dev/194
  • xjk0d0rbyu.pages.dev/364
  • xjk0d0rbyu.pages.dev/268
  • xjk0d0rbyu.pages.dev/151
  • tego larane ora tego patine